advertisement

Kiat Berhasil Trading Saham Untuk Pegawai Kantoran


 Ada beberapa penanam modal dan trader yang mimpi untuk lewati kerjanya kini ini menjadi full time trader, alias trading for living. Beberapa orang itu umumnya melihat kekuatan fantastis yang berada di bursa saham, di mana saban hari senantiasa ada saham yang naik harga naik beberapa puluh %, dan mereka berpikiran seandainya saja mereka punyai kesanggupan dan waktu untuk ambil ‘peluang' itu. Karena itu mereka tidak mesti ke kantor tiap pagi, dimarah-marahi bos, dan terima upah yang ‘segitu-segitu saja' tiap bulannya.

Hidup selaku full time trader niscaya kelihatan menarik, karena kita perlu duduk di wajah computer beberapa dikala satu hari untuk trading tak perlu keluar dari rumah, kita bebas tentukan kapan hari liburan, dan kapan hari kerja kita sendiri. Kita akan memiliki lebih sementara waktu untuk keluarga, untuk olahraga, dan tentunya kita potensial menemukan pemasukan bulanan yang lebih besar dari pemasukan selaku karyawan kantoran.

Saya pernah berjumpa dengan seorang trader yang memiliki pemikiran untuk lewati kerjanya menjadi full time trader, ia menerangkan apabila memiliki taktik betul-betul simpel dan baik, yakni dengan cari laba 2%/minggu. Bila pada hari Senin trader itu sudah berhasil mendapat laba 2% karena itu trader itu ia akan tutup monitor dan nikmati hidup sepenjang ahad itu.

Dengan sasaran laba yang paling konvensional yang cuman 2% /minggu, karena itu di dalam 1 tahun permulaan portfolio trader itu sudah naik dari 100 juta ke 280 juta. Dan pada tahun ke-2 laba mingguan sejumlah 2% /minggu yang akan didapat trader itu sudah sejumlah 5.enam juta /minggu, sudah cukup buat hidup layak bareng istri dan keluarga.

Dan tentunya prediksi itu dengan asumsi tidak ada pelengkap dana yang lain yang ia urus, ia percaya apabila sudah ada trek record berhasil optimalkan portfolio sejumlah 180% dalam satu tahun, karena itu penanam modal akan serempak menitipakan uangnya pada trader itu.

Semuanya sanggup didapat cukup dengan cari laba 2% /minggu, dan tiap trader tahu ada beberapa puluh saham yang naik 2% ataupun lebih sehari-harinya, jadi sebaiknya tidak begitu sulit untuk mendapat laba 2% tiap minggunya.

Salah satu penghambat untuk trader itu menjadi kaya raya dengan laksanakan pemikiran itu ialah: ia tak punya cukup duit untuk hidup sepanjang 1 tahun depan, sekalian menunggu portfolionya berkembang 180%, hingga laba harian yang ditemukan sanggup menyanggupi kebutuhan setiap hari.

(Sebagai catatan modal mulanya trader itu yakni 100 juta, dan dengan prediksi laba 2% /minggu dalam satu tahun modal itu akan berkembang jadi 280 juta)

Saya percaya ada beberapa ratus bahkan juga beberapa ribu trader di Indonesia yang berpikir lebih kurang sama dengan trader itu, dan berasa ‘kalau saja saya punyai cukup modal' karena itu mereka sudah lewati kerjanya kini ini, dan nikmati hidup selaku full time trader.

Tetapi pertanyaan paling besarnya, sudah pernahkah anda berhasil mendapati seorang trader yang berhasil mengaplikasikan taktik itu, kita mengerti tidak sulit mendapat laba 2% di bursa saham, namun apa ada trader yang stabil sanggup kerjakan itu tiap minggu.

Bila untuk laba stabil 2% /minggu itu sasaran yang praktis diraih, karena itu sebaiknya kita akan mendapati beberapa ratus bahkan juga beberapa ribu trader yang sudah kaya raya dari trading saham kini ini. Tetapi realitanya apabila BEI memanggil penanam modal untuk menjinjing sesion "Success Story" penanam modal yang dipanggil hampir senantiasa Lok Kheng Hong. Tragisnya Lok Kheng Hong yakni seorang investordan bukan trader

Narasi saja, tahun kemarin memang saya disuruh untuk menjinjing "Success Story" pada program Investival di Bandung yang diselenggarakan oleh BEI. Tetapi argumennya betul-betul bukan karena bursa melihat saya berhasil melipatgandakan duit saya beberapa puluh bahkan juga beberapa ratus kali lipat menyerupai Lok Kheng Hong. Karena apabila ukuran "success" nya diukur dari laba yang didapat, saya mengerti tentu ada seorang trader di Bandung yang stabil mendapat laba lebih besar dari saya.

Saya dipanggil untuk bercerita "Success Story" lebih karena keberanian saya menjadi full time trader langsung sesudah saya lulus kuliah, dan selaku penghargaan karena saya besama tim Creative Trader yang lain berhasil menciptakan tata cara analisis gres di luar analisis Technical dan Esensial.

Lantas bagaimanakah dengan beberapa luar biasa saham yang sejauh ini kita mengenal, kita mengerti dalam zaman media lazim menyerupai dikala ini banyak banyak timbul ‘selebriti pasar modal', mereka yang dipercayai atau kadang meng-claim dianya senantiasa berhasil mendapat laba yang besar di pasar. Apa mereka juga gagal mendapat laba yang stabil di pasar modal ?

Pernahkan anda mempelajari dari ‘selebriti-selebriti' itu seberapa banyak pada mereka yang betul-betul gantungkan pendapatannya cuman dari laba trading saham? Seberapa banyak yang sudah lewati kerjanya menjadi full time trader ?

Kita sama tahu apabila beberapa dari ‘selebriti pasar modal' tersebut memiliki kiprah lain selainnya trading saham, ada yang melakukan pekerjaan selaku broker atau riset di sekuritas (yang umumnya bahkan juga dihentikan untuk trading dengan uangnya sendiri), ada pula yang bahkan juga kerjanya betul-betul tidak terkait dengan pasar modal. Ada yang kerap meng-claim dianya cuan besar di pasar modal namun ujungnya tawarkan abonemen stokpick bulanan.

Atau yang menyerupai saya, walau saya sudah trading sepanjang hampir sepuluh tahun, namun hingga dikala ini masih ‘rajin' memberi Workshop Bandarmologi dan Foreign Flow di beberapa kota.

Ke-2 info di atas niscaya menyerupai bertolak-belakang, di satu sisi kita tahu apabila mendapat laba 2% satu hari sebaiknya tidak susah-payah sekali, namun pada realitanya betul-betul sulit untuk kita mendapati seorang trader yang betul-betul hidup bergatung dari laba trading saham.

Mengapa beberapa luar biasa yang tampaknya betul-betul mengusai dalam trading saham itu umumnya tetap tawarkan jasa stokpick, memberi seminar, bahkan juga privat class. Mengapa mereka tidak memakai semua dayanya untuk trading saham, karena laba 2% satu hari saja sebaiknya sanggup menciptakan mereka kaya raya dan mendapat pemasukan lebih besar dibanding memberi stokpick, atau service yang lain.

Saya memanglah tidak sanggup menjawab argumen pakar-pakar saham yang lain, namun saya sanggup menjawab argumen saya sendiri.

Mengapa saya hingga dikala ini masih memberi seminar, menulis di web, hingga memberi pembahasan dan rujukan dengan gratis di LINE OFFICIAL sepanjang pasar jalan. Mengapa saya tidak lewati seluruhnya dan jadi full time trader.

Argumen pertama, karena saya memanglah tak mau ‘cepat kaya', semenjak kecil saya diberikan untuk hidup irit, orangtua saya berhasil menampilkan ide, makin simpel hidup, makin kece. Sesudah sampaumur saya mengerti figur Warren Buffett, yang disebut penanam modal paling kaya di dunia yang hidupnya betul-betul simpel, jadi persepsi gres itu malah makin tertancap sesudah saya trading saham.

Karenanya semenjak saya kuliah hingga dikala ini tidak ada beberapa peralihan dalam contoh hidup saya, tiap hari saya ke kantor masih gunakan kaos oblong, celana pendek dan sendal capit.

Saya tidak tertarik beli kendaraan beroda empat eksklusif, karena saya berasa lebih lezat naik ‘taxi online' dibanding naik BMW. Saya tidak tertarik beli arloji eksklusif, karena semenjak kecil dulu saya tidak senangi gunakan arloji. Saya tidak senangi rumah yang besar, karena saya penduduknya asal pilih dan pelupa, makin besar wilayah tinggalnya makin sulit saya cari barang yang lenyap. Makara tidak ada dorongan yang besar pada diri saya untuk memaksakan diri saya menjadi cepat kaya.

Argumen ke-2 , saya betul-betul percaya rancangan tabur-tuai. Orang yang banyak memetik yakni orang yang banyak menabur ditambah duhulu . Maka karena saya mengerti saya akan perlu memetik uang, karena itu saya senantiasa mesti menabur uang, dengan memberi beberapa dari duit yang saya peroleh tiap bulannya ke organisasi sosial dan keagamaan.

saya mengerti untuk sanggup mendapati saham yang pas, wawasan saya senantiasa mesti kian bertambah, jadi saya perlu memetik pengetahuan, maknanya saya mesti juga menabur pengetahuan, itu penyebabnya saya suka sekali dalam menciptakan postingan dan membagi sekitar kemungkinan yang saya mengerti baik di web atau di seminar-seminar.

Tetapi lepas dari ke-2 argumen itu, saya akan bohong apabila saya menerangkan tidak ada argumen financial betul-betul dibalik bervariasi aktivitas saya menulis web, dan menciptakan pelatihan itu.

Karena walau saya sedikit membutuhkan uang, namun kepuasan menciptakan duit dan banyak memiliki duit masih tetap saya alami dan tak pernah usai. Tetapi untuk saya dari sisi keuangan ada manfaat yang lebih bernilai dari sekadar mendapat duit dari seminar, atau penjualan product yang lain. Faedah ini diberikan pada saya dari trader berhasil yang sempat saya temui sekian tahun kemudian di Jakarta.

Trader ini yakni seorang trader yang sukses, yang suksesnya sudah saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri, setiap ia laba besar pada suatu saham yang dibelinya, ia akan menyisakan beberapa laba yang didapatnya untuk menampilkan kepuasan hobynya menghimpun kendaraan beroda empat eksklusif.

Bila anda mendapati satu kendaraan beroda empat pribadi dengan karakter pelat belakang MRA, karena itu kesempatan anda mendapati salah satunya kendaraan beroda empat yang dibeli oleh trader itu dari laba beli saham SMRA sekian tahun lalu, dan ia memiliki berbagai kendaraan beroda empat eksklusif.

Menariknya lepas dari laba yang demikian besar, ia masih laksanakan tokonya di Mangga Dua. Lebih dari 1/2 waktunya bahkan juga dihabiskan untuk mengurusi toko itu, walau serempak dengan konkret saja saya sanggup menatap apabila laba yang ia peroleh dari toko itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan laba yang didapat dari trading saham.

Hal tersebut menciptakan saya betul-betul bingung, melihat kesetiaan orang ini mengurusi tokonya, hingga saya menanyakan mengapa ia masih ingin mengurusi toko itu, mengapa ia tidak fokus trading saham saja yang balasannya lebih besar.

Jawaban dari trader itu betul-betul mencengangkan dan merubah padangan saya berkenaan trading dan invest di pasar modal.

Beliau menjelaskan, toko ini bukan penghalang, namun malah selaku kunci kesuksesan ia dalam trading saham, ia menerangkan walau ia punyai pengalaman banyak dalam trading, namun terkadang ia tidak berhasil karena tak punya dampak secara psikis, sering walau sahamnya sudah betul, dan perkiraannya betul, namun ia tidak sabar menunggu asumsi itu jadi realita.

Dan ia menerangkan tidak ada aksentuasi psikis yang kian besar dalam trading dibanding suatu Kewajiban Untuk Untung Saat ini Juga. Apabila kita mengantungkan hidup kita cuman dari laba trading saham, karena itu lambat atau cepat aksentuasi ini akan mendekati kita.

Pikirkan rasa-rasanya apabila anak anda sakit dan perlu dirawat di dalam rumah sakit, dan untuk menemukan biayanya penyembuhan, anda mesti beli satu saham yang memberi laba sebesar kemungkinan dan secepat-cepatnya agar kegunaannya sanggup untuk biaya rumah sakit.

Bila anda pernah rasakan trading dalam aksentuasi sebesar itu, anda tentu tahu apabila balasannya hampir senantiasa rugi, tidak perduli sehebat apa anda, aksentuasi psikis yang anda alami akan hapus semua ketrampilan anda di dikala itu.

Jadi itu argumen trader itu masih tetap laksanakan tokonya, karena ia memang gantungkan hidupnya dan keluarga dari penghasilan dari toko itu, karena penghasilan dari toko itu lebih terprediksi dibanding harga saham.

Jadi apa saja hasil tradingnya, kebutuhan ‘dapur' sudah terjaga, hal itu yang menciptakan ia jadi lebih damai dan objective dalam trading. Keuntungan dari trading sanggup dibelikan kendaraan beroda empat baru, jalanan ke mancanegara atau kado untuk istri, namun walau tading sedang rugi, kehidupan anak istri sudah terjaga.

Saran dari trader itu yang merubah pemikiran saya, jujur dulu saya ‘gengsi' menjadi trader sekalian trainer, karena saya mengerti akan ada senantiasa orang yang mengkritik saya dan menerangkan apabila saya betul-betul jago trading, mengapa mesti berdagang seminar.

Tetapi pada realitaya saya malah jadi trader yang lebih anggun sesudah saya jadi trainer, menurut saya itu argumennya mengapa banyak trader yang sudah berhasil sekalinya masih tetap mempertahankan kerja keras sampingannya. Karena ada pemasukan pelengkap itu malah menciptakan trading jadi lebih gampang.

Hal tersebut yang membuat mengapa saya mendapati ada beberapa orang yang kaya raya dan super repot karena banyak memiliki kerja keras di bidang riel, malah kian berhasil dalam trading saham dibanding mereka yang memfokuskan semua perhatiannya untuk mendapat cuan dari pasar modal.

Menjadi pelajaran yang kita bisa, apabila kini ini anda berpikiran apabila kiprah anda sejauh ini yakni penghambat anda untuk berhasil dalam trading saham, karena itu hal itu belum niscaya betul. Tugas anda malah sanggup menjadi senjata baik untuk kesuksesan anda dalam trading atau menjalankan investasi di pasar modal.

Saya sudah menjumpai beberapa puluh trader atau penanam modal sukses, dan sebagian besar yakni mereka yang memiliki ‘kerjaan sampingan' dan bukan full time trader.

0 Response to "Kiat Berhasil Trading Saham Untuk Pegawai Kantoran"

Posting Komentar